Kau telah mati namun aku masih menanti
Aku menjelma pagi yang hilang dalam tiap bait puisi
Meracau meminta gulali yang tidak sempat kau beri
Berjalan memandang batu nisan berpikir kapan mati
Berhenti saat menemukan namamu disini
Dalam tanah kau hidup tak tahu arah
Bersama nanah yang semakin hari semakin parah
Ingin ku bongkar dan menggotongmu meski berdarah-darah
Abaikan semua nasehat dan kata pepatah
Tidak bisakah kau bangun dari tidur panjangmu itu?
Tersenyum mendengar riuh rendah bisikanku
Hening khidmat meresapi tiap doa kala petang datang tanpa aba-aba
Meluruh merepih bersama jasad yang tidak pernah aku pikir untuk merela
Bisakah kau dengar tiap langkah yang mendekat ke pusaramu?
Atau detak jantung dan nyanyian nadi yang sayup-sayup memanggil namamu?
Bahkan sekumpulan mawar tak berdaun menunggu waktu untuk layu
Kembang yang tidak diminati kumbang setia menemani batu nisanmu
Kadang aku lupa untuk kembali
Saking sendunya menanti
Bahkan saat kau telah mati
Meracau meminta gulali yang tidak sempat kau beri
Berjalan memandang batu nisan berpikir kapan mati
Berhenti saat menemukan namamu disini
Dalam tanah kau hidup tak tahu arah
Bersama nanah yang semakin hari semakin parah
Ingin ku bongkar dan menggotongmu meski berdarah-darah
Abaikan semua nasehat dan kata pepatah
Tidak bisakah kau bangun dari tidur panjangmu itu?
Tersenyum mendengar riuh rendah bisikanku
Hening khidmat meresapi tiap doa kala petang datang tanpa aba-aba
Meluruh merepih bersama jasad yang tidak pernah aku pikir untuk merela
Bisakah kau dengar tiap langkah yang mendekat ke pusaramu?
Atau detak jantung dan nyanyian nadi yang sayup-sayup memanggil namamu?
Bahkan sekumpulan mawar tak berdaun menunggu waktu untuk layu
Kembang yang tidak diminati kumbang setia menemani batu nisanmu
Kadang aku lupa untuk kembali
Saking sendunya menanti
Bahkan saat kau telah mati
Comments
Post a Comment