Cangkir dan Tuan yang tidak hadir
Terakhir kali
Tuan datang, berdiri menghalangi purnama
Aku diam, kehilangan kata
Tuan bawa seluruh dunia dan alam semesta dalam rangkaian kalimat
Tuan mulai dari ujung cakrawala sampai ke pusat nebula
Tuan tuangkan kisah yang selalu ingin kudengar
Namun aku, terlalu gugu
Hari itu, aku menyiapkan secangkir kisah yang kuingin tuan menyesapnya
Jangan hanya tuan yang menyadarkanku tentang gemerlap langit bahkan tanpa matahari
Jangan hanya tuan yang menyadarkanku tentang silaunya cahaya di ufuk timur
Jangan hanya tuan yang menyadarkanku tentang luas angkasa yang tidak pernah terjamah
Jangan hanya tuan yang tuangkan cerita ke cangkirku yang selalu kosong ketika menyambutnya
Maka hari ini akan ku jamu tuan dengan secangkir imajinasi
Ku harap, tuan menikmati
Entah sudah berapa purnama berlalu
Cangkirku tidak pernah kosong, tetap terisi dengan kasih yang tidak layak di kisah
Tidak ada yang menenguknya
Karena hari itu tidak pernah datang
Tuan tidak pernah hadir, seperti sedia kala
Tuan tidak pernah hadir
Dengan sepoci cerita dari ujung senja
Atau pun dari sudut terdalam amerta
Dan cangkirku tidak pernah kosong
Berharap suatu hari dapat dicicipi oleh sanubari tuan yang masih ku nanti
Tuan tidak pernah hadir
Lagi, kesekian purnama
Tidak ada yang berdiri di depan pintu dengan teko penuh teka-teki
Aku selalu didepan jendela
Menyibak gorden
Berharap tuan datang dari ujung jalan sana
Tuan datang, berdiri menghalangi purnama
Aku diam, kehilangan kata
Tuan bawa seluruh dunia dan alam semesta dalam rangkaian kalimat
Tuan mulai dari ujung cakrawala sampai ke pusat nebula
Tuan tuangkan kisah yang selalu ingin kudengar
Namun aku, terlalu gugu
Hari itu, aku menyiapkan secangkir kisah yang kuingin tuan menyesapnya
Jangan hanya tuan yang menyadarkanku tentang gemerlap langit bahkan tanpa matahari
Jangan hanya tuan yang menyadarkanku tentang silaunya cahaya di ufuk timur
Jangan hanya tuan yang menyadarkanku tentang luas angkasa yang tidak pernah terjamah
Jangan hanya tuan yang tuangkan cerita ke cangkirku yang selalu kosong ketika menyambutnya
Maka hari ini akan ku jamu tuan dengan secangkir imajinasi
Ku harap, tuan menikmati
Entah sudah berapa purnama berlalu
Cangkirku tidak pernah kosong, tetap terisi dengan kasih yang tidak layak di kisah
Tidak ada yang menenguknya
Karena hari itu tidak pernah datang
Tuan tidak pernah hadir, seperti sedia kala
Tuan tidak pernah hadir
Dengan sepoci cerita dari ujung senja
Atau pun dari sudut terdalam amerta
Dan cangkirku tidak pernah kosong
Berharap suatu hari dapat dicicipi oleh sanubari tuan yang masih ku nanti
Tuan tidak pernah hadir
Lagi, kesekian purnama
Tidak ada yang berdiri di depan pintu dengan teko penuh teka-teki
Aku selalu didepan jendela
Menyibak gorden
Berharap tuan datang dari ujung jalan sana
seperti ada aku didalam tulisannya
ReplyDelete